kesempatan berdiri di
hadapan Allah Azza wa Jalla : Kesempatan pertama ketika berdiri
menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam shalat. Dan kedua ketika
berdiri mengahadap Allah pada hari pertemuan dengan-Nya. Berangsiapa yang
benar-benar berdiri menghadap Allah pada kesempatan pertama niscaya akan mudah
baginya berdiri menghadap Allah pada kesempatan kedua. Barangsiapa mengabaikan
kesempatan pertama dan tidak sungguh-sungguh melakukannya maka akan sulit
baginya menghadap Allah pada kesempatan kedua.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
“ Dan pada
sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada
bagian yang panjang dimalam hari. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai
kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang
berat (hari akhirat).” (QS. Al-Insan: 26-27)
·
Kelezatan dunia
seperti budak hitam yang terlihat mahal bagimu. Sementara bidadari surge merasa
heran dengan pilihanmu yang buruk karena memilih dunia. Hanya saja hawa nafsu
apabila menggelora akan membuta tulikan mata hati sehingga jalan menjadi tak
kelihatan.
·
Jujurlah mengejar
cita-cita, sungguh telah datang pertolongan bagimu.
·
Subhaanallah! Surga telah berhias untuk siap dilamar, maka
bersungguh-sungguhl ah mempersiapkan mahar! Rabbul Izzah Subhanahu wa
Ta’ala telah memperkenalkan diri kepada para pecinta dengan nama dan
sifat-Nya, maka mereka pun beramal untuk menyambut pertemuan dengan-Nya
sementara engkau sibuk dengan bangkai (dunia)!
·
Berkaryalah selama
hayat dikandung badan, sungguh sudah cukup menjadi pelajaran bagimu apa yang
datang sesudah kematian!
·
Seorang pecinta
bersegera kepada uzlah dan khalwah bersama yang dicintainya
dan merasa tenang dengan mengingatnya, seperti halnya seekor ikan bersegera ke
air dan seperti seorang anak bersegera menjumpai ibunya.
Aku keluar dari sela-sela rumah dengan harapan
Hati membisikkan rahasia kepadamu pada saat sendiri.
·
Yang menakjubkan
Yang menakjubkan bukanlah pengakuan mereka mencintai-Nya namun yang menakjubkan
adalah pengakuan-Nya menyintai mereka.
·
Dosa yang membuat
seorang hamba merendah kepada-Nya lebih disukai dari pada ketaatan yang membuat
seorang hamba merendahkan Rabbnya.
·
Kalaulah bukan
karena perhitungan dosa niscaya bani Adam akan binasa karena perasaan ujub.
·
Minuman hawa nafsu
rasanya memang manis tapi membuat tenggorokan gatal.
·
Hai bani Adam,
seandainya engkau datang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi, dan engkau datang
tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang lain, niscaya Aku datang
menemuimu dengan membawa ampunan sepenuh itu juga.
·
Janganlah engkau
meminta kecuali kepada Rabbmu, sesungguhnya permintaan seorang hamba kepada
selain tuannya adalah penghinaan terhadap tuannya.
·
Dunia tempat
melintas, akhirat adalah tempat bermukim. Segala keinginan tentunya diharapkan
pada tempat bermukim.
·
Anda tidak bisa memperbaiki apa
pun di tempat yang belum ada. Maka mulailah dengan kebaikan-kebaikan
sederhana dari tempat di mana Anda berada. Anda tidak bisa memulai pelaksanaan
dari rencana kebesaran pribadi Anda di waktu yang masih dalam angan-angan Anda.
Maka mulailah sekarang. Semua pribadi yang
besar dan berhasil itu - memulai apa pun yang menjadikan mereka seperti
sekarang - di tempat-tempat dan di saat-saat mereka masih kekurangan dan tidak
terperhatikan. Tetapi mereka memulai. Dan karena mereka menolak melakukan apa
pun yang tidak memiliki ukuran yang besar di masa depan, maka sekecil apa
pun yang mereka mulai - adalah selalu pekerjaan yang membutuhkan kesungguhan
besar untuk tetap setia di dalam perjalanan menumbuhkannya. Dan karena yang
mereka lakukan adalah sesuatu yang membesarkan, mereka akan selalu bertemu
dengan orang-orang yang tidak ramah kepada upaya-upaya mencapai
kebesaran. Mereka akan selalu mendengar kalimat dan menerima perlakuan
yang tidak membesarkan hati. Tetapi, Mereka setia kepada nasehat baik, bahwa Apapun
yang terjadi kepada Anda, akan tetap menjadi sesuatu yang menguatkan Anda,
bila Anda tidak mengijinkannya untuk melemahkan Anda. Maka mulailah
dari tempat di mana Anda berada, dan mulailah sekarang. Anda sampai,
hanya karena Anda berangkat. Dan ingatlah, bahwa Batas waktu
itu dibuat bukan karena Anda harus selesai, tetapi karena Anda harus segera
memulai. Dan setelah pengertian ini mendapatkan tempat yang kuat
di hati Anda, perjelaslah bagi diri Anda sendiri, bahwa Keberhasilan
Anda ada pada tempat yang lebih tinggi dari yang sedang Anda kerjakan sekarang.
Kemudian, janganlah berlaku seperti orang yang mengeluhkan apa saja yang tidak
terlihat di dalam sebuah gambar, Berfokuslah pada yang telah jelas
terlihat, karena dari sana
lah Anda mencapai tempat-tempat yang belum terlihat bahkan oleh imajinasi Anda.
Lalu bekerja keraslah dalam kedamaian bahwa Anda telah melakukan yang benar. Janganlah
berupaya menjelaskan mengapa Anda tidak mencapai yang belum Anda capai.
Bekerjalah untuk mencapai yang telah jelas bagi Anda. Maka, Mulailah
keberhasilan Anda dari mana pun Anda berada. ....... Rekan-rekan Super
Members terkasih, Semoga catatan sederhana ini dapat menjadi pendamping
Anda dalam kerja keras Anda hari ini dan di hari-hari mendatang. Terima kasih
dan salam super, Mario Teguh
·
Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia
berkata :
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaran (sunnah)ku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaran (sunnah)ku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)
Karena
melihat sepotong, tidak sejak awal, saya mengira massa yang ditayangkan TV itu
adalah orang-orang yang sedang kesurupan masal. Soalnya, mereka seperti kalap.
Ternyata, menurut istri saya yang menonton tayangan berita sejak awal, mereka
itu adalah orang-orang yang ngamuk terhadap kelompok Ahmadiyah yang dinyatakan
sesat oleh MUI.
Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang -yang dinyatakan- sesat harus diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tapi ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita -yang tahu bahwa orang itu sesat- menempelenginya. Aneh dan lucu.
Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Mahaesa dan berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, mengapa mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka, Rasulullah SAW.
Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam -yang mengaku pembela Islam itu- tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil ’aalamiin, tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri). Masak mereka tidak tahu bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullah SAW, adalah pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat "Ya ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al-aayah" (Q. 5: 8). Artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.
Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi Muhammad SAW atau membaca firman Allah kepada beliau, "Fabimaa rahmatin minaLlahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min haulika… al-aayah" (Q. 3: 159). Artinya, maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari menjauhimu…"
Tak Mengerti
Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti dicontoh-ajarkan Rasulullah SAW di saat menang. Atau, sekadar membayangkan bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas (menang).
Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata orang Jawa- tidak tepa salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan orang-orang yang tidak tepo saliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.
Saya heran mengapa ada -atau malah tidak sedikit- orang yang sudah dianggap atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.
Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah? Ataukah, mereka memahami dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja?
Atau? Kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja berniat membantu menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas seperti yang diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi…
u � l s �
��
>1.
Memperlakukan
user/pelanggan sebagai mitra seumur hidup,Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang -yang dinyatakan- sesat harus diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tapi ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita -yang tahu bahwa orang itu sesat- menempelenginya. Aneh dan lucu.
Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Mahaesa dan berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, mengapa mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka, Rasulullah SAW.
Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam -yang mengaku pembela Islam itu- tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil ’aalamiin, tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri). Masak mereka tidak tahu bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullah SAW, adalah pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat "Ya ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al-aayah" (Q. 5: 8). Artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.
Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi Muhammad SAW atau membaca firman Allah kepada beliau, "Fabimaa rahmatin minaLlahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min haulika… al-aayah" (Q. 3: 159). Artinya, maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari menjauhimu…"
Tak Mengerti
Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti dicontoh-ajarkan Rasulullah SAW di saat menang. Atau, sekadar membayangkan bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas (menang).
Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata orang Jawa- tidak tepa salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan orang-orang yang tidak tepo saliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.
Saya heran mengapa ada -atau malah tidak sedikit- orang yang sudah dianggap atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.
Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah? Ataukah, mereka memahami dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja?
Atau? Kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja berniat membantu menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas seperti yang diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi…
2.
Mampu menciptakan
strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan profesi dan kompetensinya,
3.
Hargai keluhan
pelanggan dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah,
4.
Perlakukan setiap
pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus,
5.
Lakukan doktrin
Informed Consent secara ikhlas,
6.
Laksanakan
tindakan Rekam Medik secara lege artis, sesuai dengan ketentuan yang ada,
7.
Dapat mengetahui
kepuasan pelanggan melalui sisi mata pelanggan memandang kepuasan yang didapat,
8.
Paham, mengerti,
dan mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas sesuai dengan
Etika dan Hukum yang berlaku,
9.
Tetapkan
sasaran-sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan diberikan,
10. Mau terjun langsung ke lapangan dan melihat apa yang
terjadi,
11. Bersikap sabar dan tidak mudah puas dengan hasil yang
didapat,
12. Mau mendengar dan mensikapi terhadap gagasan yang
timbul terhadap pelayanan yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar